Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2018

Hentikan

Katanya Kita satu Bangsa, tapi kenapa saling mencela. Katanya kita satu Bahasa, tapi kenapa cacian menggema. Katanya kita bertanah air satu, tapi kenapa tidak mengenal persatuan. Disana Indonesia disini Indonesia, tapi itu hanya katanya. Kata-kata yang tak mengenal tatakrama Kata-kata yang membunuh kearifan lokal dan karya. Apakah cacianmu baktimu Apakah ngawurmu perjuangnmu Karena dengan seperti itu kau jadi Pahlawan ! Kau tuduh aku dan aku menuduhmu Walaupun tuduhan itu tidak mendasar, tidak relevan dan tidak elegan. Kau bela Tuhan mu dan ku bela Agama ku Tapi yang kau sembah akal manusia Maha benar lisanmu atas segala tindakan dan ucapanmu Walaupun Maha Benar bukan milikmu bukan milikku. Sahabat, maafkan Aku jika pilihanku beda Karena aku Manusia. (29/08/18)

Nafsu Batin

Pandanglah pagi dilautan Sentuhlah pagi dihutan Hiruplah sampai akal mu melayang Sampai syukur menyuplai kebenaran Ditengah perasingan kau bertapa dialam liar Menyulap keangkuhan menjadi batin kebenaran. Jika keluar, senyum menyebar bersama kesejukan. Pandanglah sore diperkotaan Sentuhlah sore dipedesaan Hiruplah sampai akalmu gentayangan Sampai kesal inkam kebohongan dan ketenaran. Ditengah kebisingan kau bertapa di gedung gedung pencakar Menyulap kertas-kertas menjadi uang Jika keluar, nafsu melotot menginjak tanaman. Batin mu atau nafsu mu yang kau beri makan? Kau tak bisa membedakan... (2017)

Madura dan Brand Politik

Gambar
Disiang itu saya melihat sejumlah pemuda dan beberapa tokoh ditempat saya biasa melakukan aktivitas ngopi. Sepertinya mereka dari kalangan pemuda LSM, tokoh Desa dan wartawan online lokal. Disiang yang amat panas itu, mereka mencoba meraba-raba konstalasi perpolitikan nasional yang sedang hangat diperdebatkan (bukan di diskusikan). Dari perbincangan hangatnya kopi itu mereka memperdebatkan Pilpres 2019 yang menjadi trending topik di media sosial. Namun perdebatan itu tidak begitu berjalan mulus karena mereka sepakat, sepaham dan sepihak bahwa salah satu paslon Pilpres itu salah total. Refrensi yang mereka gunakan bersumber dari media sosial yang dianggap kredibel. Kopi dicangkir ku masih sisa 50%, karena kenikmatan kopinya hanya 10% saja, aku pun beranjak dari tempat simpuhku itu lalu pergi ke salah satu minimarket untuk membeli snack dan obat nyamuk merek Baygon. Mesin motor belum mati sempurna, juru parkir itu sudah sibuk berdebat hal yang sama dengan isu yang sama pula, seper